Aku suka bercakap-cakap dengan sang bintang. Kau tahu? Hampir setiap malam aku mengobrol dengannya. Mengobrol tentang banyak hal. Baru-baru ini aku bicara tentang seorang Pemuda Piano dengannya.
Bintang: "Dia hebat, tampan, dan rupawan. Permainan pianonya bagus."
Aku: "Yeah, aku tahu."
Kami terdiam.
Bintang: "Dan sepertinya..."
Aku memandangnya lekat-lekat ketika ia tiba-tiba berhenti bicara.
Bintang: "... sepertinya ia menyukaimu."
Aku pun tertawa. Meski demikian, dalam hati, aku mengamini. Sebab aku juga menyukai Pemuda Piano itu.
Demikianlah percakapanku dengan Bintang. Selain dengan Bintang, aku juga senang mengobrol dengan Hujan. Jujur saja, mengobrol dengannya membuatku merasa sangat nyaman. Ketika mengobrol dengan Bintang dan Bulan, aku yang selalu mendengarkan. Tapi ketika aku bersama Hujan, ialah yang mendengarkan aku. Aku senang berkeluh kesah padanya, dan menunjukkan kegalauan hatiku padanya.
Aku: "Doakan aku hujan. Besok adalah hari penentuan itu."
Kataku sore tadi padanya. Ia hanya menimpali dengan senyum yang bermakna, "Pasti!"
Aku: "Kau tahu? Aku sangat ingin itu. Hhh, aku tak pernah merasakan perasaan seingin ini terhadap sesuatu!"
Hujan: "Iya..."
Aku: "Aku benar-benar ingin itu. Dan aku begitu berharap Tuhan memperkenankannya."
Hujan pun lagi-lagi hanya tersenyum. Dan kemudian, aku menangis.
Aku: "Bagaimana lagi aku harus memantaskan diriku di hadapan-Nya??? Sungguh aku tidak tahu, Hujan..."
Aku merasakan tatapan tajamnya padaku.
Aku: "Aku tahu, aku terlalu banyak meminta pada-Nya, sementara aku juga tahu, aku begitu tak tahu diri di hadapan-Nya. Namun, aku masih memiliki harapan dan keinginan, Hujan!!!"
Aku: "Aku mungkin belum melakukan yang terbaik, tapi aku bersumpah, hanya itu usaha termaksimal yang bisa aku lakukan. Aku sungguh tidak tahu lagi Hujan. Aku takut menanti hari esok..."
Lama Hujan terdiam.
Hujan: "Aku mengerti, sangat mengerti. Tapi kau jangan lupa, Ia lebih tahu mana yang terbaik untukmu. Ia jauh lebih tahu, mana yang pantas untukmu, dan mana yang kau butuhkan. Ia tidak bodoh! Percayalah. Asalkan kau yakin pada-Nya, apapun yang terjadi, kau akan baik-baik saja, dan kau akan selalu bisa tersenyum. Oke???"
Bulan dan Bintang pun datang menghampiri kami. Mereka memelukku.
Bulan dan Bintang: "Kami mendoakanmu. Tenang saja... Kau akan bahagia."
Sekarang, dengan perasaan yang lebih tenang (tapi tetap khawatir), aku mencoba memberanikan diriku dalam menghadapi hari keputusan besok. Aku harus kuat. Tidak boleh takut. Aku harus percaya bahwa Tuhan akan melapangkan dadaku dan membesarkan hatiku ketika semuanya tidak lagi sejalan.
Hhh... Aku pasrah. Pasrah padaMu Tuhan...
(Masih dalam rangka memperingati detik-detik pengumuman SIMAK UI 2010)





0 komentar:
Post a Comment