Showing posts with label side story. Show all posts
Showing posts with label side story. Show all posts

May 30, 2010

Side Story

0 komentar
Cerita baru dalam hidupku setelah aku lulus SMA adalah menganggur. Sambil menanti lembaran hidupku yang baru sebagai anak kuliahan aku harus menjalani hari-hari penuh kebosanan di rumah. huft! >.<

Awalnya memang bosan sangat, tapi aku memutuskan untuk berhenti mengeluh dan berkata "BETE". Aku memilih untuk menikmati hari-hariku di rumah bersama laptop (yang meski butut) sangat aku sayangi, sebab tanpa dia, duniaku akan tambah boring(bayangkah! tanpanya aku tidak akan bisa mulai update blog, dan tanpanya, aku tidak bisa menulis). Selain bersamanya aku juga tinggal di rumah bersama komik-komik, buku-buku, dvd, dan tv. Bersama mereka, hidupku tidak semembosankan itu. It depends to us to see anything in our life, right???

Selalu ada hikmah di balik segala hal yang terjadi. Berkat menganggur, aku jadi keranjingan komik. Berkat keranjingan komik ditambah denger lagu korea yang melankolis, huhuy, aku kebanjiran ide!!! Ide gila, yang, sumpah, picisan banget!!! But it's ok. Daripada ngehayal ga jelas, lebih baik menulis kan? Perbuatan yang sangat produktif.

Manusia, diakui atau tidak, selalu punya sisi sensitif. Manusia selalu suka dengan hal-hal yang indah. Dan hal yang indah bagiku sekarang adalah... 5 huruf. ^_^

Happy enjoying side story.

GIFT

0 komentar
Di dunia ini tidak ada yang lebih membahagiakan bagiku selain memandang wajahnya.
“Eh, kayaknya aku musti pulang duluan deh. Aku harus ngerjain tugas!!!”

Inilah cinta. Kau selalu merasa ingin berada di dekatnya. Menjaga dan melindunginya. Melihat senyumnya sangatlah penting bagimu. Sebab senyum itu seperti matahari yang menyinari bumi yang memberikan enerji untuk kehidupan semua makhluk. Buatmu ia sangat penting. Ialah pusat gravitasi kehidupan.

“Ah!!! Ngomong-ngomong soal tugas, aku punya tugas banyak di rumah. Aku juga pulang sekarang deh.”

Dan kau akan melakukan apa saja untuk bisa bersamanya.

“Bareng?”

Ya, kau akan melakukan apapun untuk selalu bersamanya.

“Ga-ga usah. Aku bisa pulang sendiri kok…”

Aku bertemu dengannya untuk pertama kali di toko buku. Waktu itu ia terkekeh-kekeh seorang diri sambil membaca komik. Aku yang sedikit terganggu dengan tingkahnya (yang memalukan) mengerling ke arahnya. Ia yang merasakan kerlingan mataku kontan tersenyum kikuk. Aku tidak mengacuhkannya, kembali berkonsentrasi membaca komik yang ada di tanganku. Tapi alih-alih berkonsentrasi membaca, senyum kikuknya malah membayangi pikiranku. Diam-diam aku mencuri pandang ke arahnya. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan waktu itu, tapi sepertinya, aku tertarik padanya.

Kami pun bertemu lagi di kasir. Ia mengantri tepat setelahku. Aku memandangnya, ia hanya menimpali dengan tersenyum. Akhirnya, aku pun pergi dari toko buku dengan merasakan desiran aneh di hatiku.

Aku pikir pertemuanku dengannya di kasir adalah pertemuan terakhirku dengannya. Tapi hari itu juga aku kembali melihatnya. Aku melihatnya keluar dari photo box. Jarakku dengannya hanya sepuluh meter. Dari jarak itu aku memerhatikannya. Aku melihatnya mengangkat telepon. Tidak lama setelah mengangkat ponselnya, tiba-tiba ia berlari. Tanpa pikir panjang, aku segera berlari-lari kecil, menembus keramian, mencoba mengerjarnya. Tepat ketika aku berdiri di depan photo box tempat ia mucul, aku kehilangan jejaknya. Aku memandang photo box itu putus asa. Tapi aku menemukan sesuatu di photo box itu. Sepertinya ia melupakan hasil fotonya. Aku celingukan, mencoba kembali mencari sosoknya. Tapi ia sudah menghilang. Aku memandang empat buah foto yang ada di tanganku. Aku tersenyum. Ya, sepertinya aku memang telah menyukainya. Love at the first sight mungkin?

“Maksudnya bareng sampai depan doank!”
Matanya terbelalak. Aku tahu ia kesal.

“Duluan semuanya!!!” Pura-pura tak peduli, aku berlalu meninggalkannya yang sedang memelototiku.

“Kazan!!!” Aku sudah menaiki motorku ketika ia memanggilku.

“Ada apa?” jawabku acuh tak acuh.

“Kenapa kau suka sekali mempermalukan aku di depan orang-orang? Kau tidak lihat tadi mereka menertawakanku, eh?”

Aku tergelak.

Terkadang, disebabkan oleh perasaan cintamu, kau bahkan tidak bisa bersikap manis padanya. Kau memang tidak berlaku kasar, tapi kau malah mempermalukannya. Tapi, inilah sikap termanis yang bisa aku berikan padamu, Senja.

“Hhh…” Senja di hadapanku menghela nafas panjang, tanda putus asa. Biasanya setelah ini ia akan mengelus dada dan berkata, “Sabar, sabar. Aku kan memahamimu Kazan. Sangat memahamimu.”

“Sabar, sabar. Aku kan memahamimu Kazan, sangat memahamimu.”

Tuh kan?

“Aku balik duluan!” uajrnya ketus, lalu pergi, menghilang dari pelupuk mataku.

“Kadang, ada hal yang ga perlu kita ucapkan.”
“Kenapa?”
“Karena semua hal ada waktunya. Mengungkapkan sesuatu juga ada waktunya.”
“Meski itu kata cinta?”
“Meski itu kata cinta.”
“Apakah tidak akan terluka?”
“Apa ada cinta yang membuat kita terluka?”


Itulah cinta, dan itulah Senjaku. Senjaku begitu indah. Meski tangannya tak dapat kugenggam dan tubuhnya tak mampu aku rengkuh, aku bahagia asal bisa mencintainya, sebab hal paling indah dalam hidupku adalah mencintainya setelah aku bertemu dengannya. Aku tahu sekarang, ialah hadiah terindah yang pernah aku dapat seumur hidupku.


(Inspired by song which sung by K.Will feat Eun Ji Won titled Gift)

About me

My photo
"jika kau menerima dirimu apa adanya, maka kau akan melihat dirimu dari sisi lain yang lebih indah" (dikutip dari teenlit 'Confeito')
 

thousand smiles Design by Insight © 2009